Inilah Aku

Foto saya
web ini.....dibuat untuk kebutuhan dan kemanfaatan di masa sekarang dan akan datang ...bermanfaat, berguna, dan tidak merugikan... semoga

Senin, 06 April 2009

Teori Makro Keynes: Perekonomian Terbuka (+Pasar Luar Negeri)

  • Konsekuensi Perekonomian Terbuka
    • Teori makro mengenai ekonomi tertutup hanyalah penyederhanaan dari realita, sebab tidak ada negara di dunia ini yang benar-benar tidak mempunyai hubungan ekonomi dengan negara lain.
    • Teori makro pada perekonomian tertutup digunakan sebagai sarana untuk membantu memberikan pemahaman pada kita terhadap konsep-konsep dasar teori ekonomi makro.
    • Konsekuensi dari perekonomian terbuka adalah dengan munculnya pasar keempat (pasar luar negeri) di dalam proses/sistem perekonomian tersebut. Akibatnya keseimbangan umum (general equilibrium) tidak hanya ditentukan oleh tiga pasar tapi menjadi empat pasar yaitu pasar barang, pasar uang, pasar tenaga kerja, dan pasar luar negeri.
    • Secara khusus adanya keempat pasar tersebut mempengaruhi tiga konsep yang meliputi: a) permintaan agregat, b) jumlah uang beredar, dan c) tingkat harga barang/jasa.
    • Permintaan agregat (Z). Permintaan agregat sebelumnya pada perekonomian tertutup, posisi keseimbangan berdasarkan keseimbangan pasar dalam negeri (yaitu menentukan nilai P dan Q keseimbangan). Untuk perekonomian terbuka, Z mempunyai peranan yang sama. Oleh sebab itu Z diartikan sebagai seluruh permintaan akan barang/jasa yang diproduksikan di dalam negeri. Jadi Z meliputi: a) memasukkan permintaan luar negeri terhadap barang/jasa yang diproduksi di dalam negeri (ekspor ke luar negeri), b) mengeluarkan permintaan terhadap barang/jasa dari buatan luar negeri (impor) karena bukan merupakan permintaan barang/jasa dari dalam negeri. Jadi dalam perekonomian terbuka, rumus permintaan agregat menjadi: Z = C+I+G+(X-M) dimana X=ekspor dan M=Impor.
    • Perbedaan antara Z untuk perekonomian tertutup dan terbuka adalah pada perekonomian terbuka ditambahkan (X-M) yang di kenal dengan Neraca Perdagangan. M harus dikeluarkan dari unsur pengeluaran agregat lain (C, I, dan G)termasuk pengeluaran G untuk barang-barang impor.
    • X dianggap sebagai suatu yang ditentukan di luar negeri yang tidak dipengaruhi oleh apa yang terjadi di dalam negeri. (X dianggap sebagai varibel eksogen). Sedangkan M dianggap dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional (Y) semakin tinggi Y maka semakin besar M. Jadi M = mY dimana m=marginal propensity of import.
    • Dengan adanya neraca perdagangan (transaksi luar negeri) maka multiplier permintaan agregar (Z) dan pendapatan agregat (Y) tidak lagi sama dengan 1/(1-c) tetapi menjadi 1/(1-c+m). Dimana besarnya 1/(1-c+m) selalu lebih kecil dari 1/(1-c) karena m selalu bernilai positif. Jadi Z = Y = (1/(1-c+m)).(I+G+X).
    • Adanya "kebocoran" (konsumsi tidak semuanya untuk konsumsi barang/jasa dalam negeri akan tetapi bocor untuk sebagaian konsumsi barang/jasa luar negeri) pengeluaran (leakages) keluar negeri menyebabkan efek multiplier bila ada perubahan I atau lainnya dalam perekonomian terbuka lebih kecil dibandingkan dengan perekonomian tertutup
    • Jumlah uang beredar (Ms). Perekonomian terbuka juga mempengaruhi pasar uang, baik dari sisi permintaan uang maupun sisi penawaran uang. Pada sisi permintaan uang (liquidity preference) terdapat satu faktor tambahan yang menentukan yaitu tingkat bunga di luar negeri selain tingkat bunga dalam negeri, tingkat GDP, dan tingkat harga di dalam negeri. Dalam ekonomi tertutup Md = Ѳ(P,Q,r) sedangkan dalam perekonomian terbuka Md = Ѳ(P,Q,r,rF) dimana r=tingkat bunga dalam negeri, dan rF=tingkat bunga luar negeri.
    • Pada sisi penawaran uang (Ms), pengaruh perekonomian terbuka terhadap penawaran uang lebih jelas. Hal ini ditunjukkan, jumlah uang beredar tergantung pada dua faktor tambahan yaitu posisi dari neraca perdagangan, dan besar kecilnya aliran bersih (netto) modal dari dan ke luar negeri (neraca perdagangan dan neraca aliran modal tergabung menjadi satu neraca yang disebut dengan neraca pembayaran). Neraca perdagangan dikatakan suplus apabila (X-M) adalah positif maka uang beredar di dalam negeri menjadi bertambah. Atau sebaliknya, neraca perdagangan dikatakan defisit apabila (X-M) adalah negatif maka uang yang beredar di dalam negeri menjadi berkurang.
    • Apabila neraca aliran modal menunjukkan terjadi aliran bersih (netto) modal dari luar negeri ke dalam negeri maka ini berarti bahwa cadangan devisa bertambah. Cadangan devisa apabila diuangkan ke dalam rupiah maka akan menambah jumlah uang yang beredar di dalam negeri. Atau sebaliknya, apabila neraca aliran modal menunjukkan terjadi aliran bersih (netto) modal ke luar negeri dari dalam negeri maka rupiah akan dibawa ke luar negeri atau uang beredar berkurang, atau apabila ditukar dengan cadangan devisa ke luar negeri maka cadangan devisa akan berkurang.
    • Jadi rumus uang beredar adalah Ms = Ms'+nh(X-M+K)…. dimana Ms'=uang beredar dalam perekonomian tertutup, n=money multiplier yaitu 1/[u+v(1-u)], h=perubahan cadangan yang rupiahkan yaitu 0<h<1, dan K=aliran bersih modal ke dalam negeri.
    • K dianggap terdiri dari dua unsur yaitu: a) unsur yang tidak tidak terpengaruh oleh faktor-faktor ekonomis (unsur autonomous), dan b) unsur yang dipengaruhi oleh faktor ekonomis, khususnya perbedaan antara tingkat bunga di luar negeri (rF) dan tingkat bunga di dalam negeri (r). Jadi K = K+K(rF,r) dimana K= aliran modal yang "autonomous", K(rF,r)=aliran modal yang tidak autonomous atau "induced".
    • Apabila rF>r maka aka nada kecenderungan bagi modal untuk mengalir ke luar negeri (nilai K mengecil), dan
    • Apabila r naik rF tetap berarti rF<r maka modal dari luar negeri akan cenderung untuk masuk ke dalam negeri . Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh pendapatan karena bunga dalam negeri lebih tinggi.
    • Tingkat harga barang/jasa. Dalam model perekonomian terbuka, tidak hanya mempunyai satu harga umum P, tetapi paling tidak ada dua tingkat harga umum, yaitu tingkat harga umum yang berlaku di dalam negeri (P) dan tingkat harga umum yang berlaku di luar negeri (PF$). PF adalah harga barang-barang yang dijual/dibeli dipasar luar negeri, yang dinyatakan dalam mata uang asing (misal $ AS).
    • Harga jual ekspor dan harga beli impor ditentukan oleh PF$. Akan tetapi bagi masyarakat Indonesia, berapa barang yang dibeli/dijual dan diimpor/diekspor di pasar dalam negeri menggunakan harga rupiah (PFRp) baik untuk membeli/menjual dan mengimpor/mengekspor produk dalam negeri maupun produk impor (luar negeri). Karena harga ekuivalen PF$ dengan PFRp adalam dalam satuan uang dalam negeri (Rp). Bila di hubungan dengan kurs devisa (E), maka PFRp = E . PF$ dimana E=kurs devisa yang merupakan harga dari setiap $ yang dinyatakan dalan Rp (misal Rp 11500 per US$).
    • Perubahan E dan PF$ mempengaruhi secara luas perekonomian dalam negeri, yaitu melalui perubahan X dan M yang mengikutinya. Dalam perekonomian terbuka, harga X dan M dipengaruhi oleh harga luar negeri secara relatif terhadap harga dalam negeri. Maka perumusannya menjadi: X = X(PF$ . E/P) ; M = M (Y, PF . E/P).
    • Jumlah uang beredar dipengaruhi oleh faktor baru yaitu neraca pembayaran, sehingga menjadi: Ms= M's + n.h (X-M+K) dimana n=money multiplier, h=bagian dari perubahan cadangan devisa yang dirupiahkan, dan K=aliran (netto) modal ke dalam negeri.

  • Masalah Keseimbangan Intern dan Ekstern
    • Dalam perekonomian tertutup, masalah ekonomi makro yang utama adalah bagaimana mencapai tingkat output menuju full employment yang tanpa inflasi. Sasaran ini disebut keseimbangan intern (internal balance). Sedangkan dalam perekonomian terbuka, disamping sasaran di atas maka disertai sasaran yang berupa neraca pembayaran yang seimbang. Sasaran ini disebut keseimbangan ektern (external balance).
    • Berdasarkan dua sasaran keseimbangan diatas maka ada terdapat dua masalah pokok yaitu a) masalah ketidakserasian antara kedua sasaran tersebut, dan b) masalah penentuan kebijakan (atau kombinasi) yang tepat agar tercapai dua sasaran di atas.

  • Masalah Ketidakserasian
    • Dalam teori klasik, permasalahan ketidakserasian dianggap tidak terjadi. Karena dalam teori klasik mekanisme penyesuaian akan terjadi secara automatis menuju keseimbangan intern maupun ekstern.
    • Kaum klasik menganggap: a) semua harga secara fleksibel akan bergerak ke atas maupun ke bawah, b) semua pelaku ekonomi bereaksi secara cepat terhadap perubahan harga, dan c) Negara-negara yang melakukan perdagangan internasional menganut sistem standar emas.
    • Bila neraca pembayaran defisit, berdasarkan mekanisme Hume, emas akan mengalir ke luar negeri untuk menutup deficit tersebut. Akibatnya uang beredar atau persediaan emas di dalam negeri akan berkurang. Berdasarkan teori kuantitas, maka berakibat turunnya tingkat harga di dalam negeri. Akibat selanjutnya ekspor akan terangsang karena tingginya harga di luar negeri secara relative lebih besar terhadap harga dalam negeri sedangkan minat mengimpor luar negeri melemah karena harga dalam negeri lebih murah. Harga ini akan terus berlangsung sampai neraca pembayaran Negara tersebut deimbang kembali atau keseimbangan ektern tercapai.
    • Sasaran keseimbangan intern akan tercapai secara automatis dengan cara simultan dengan keseimbangan ektern. Mengalirnya emas keluar negeri tidak disertai menurunnya output agregat. Output agregat akan tetap pada posisi full employment. Aliran emas keluar tidak mempengaruhi perubahan output, tetapi hanya pada perubahan harga. Berkurangnya emas di dalam negeri mempengaruhi penurunan harga di dalam negeri, harga akan kembali ke tingkat semula bila proses penyesuaian kea rah internal dan eksternal sudah selesai.
    • Keadaan perekonomian dunia saat ini berbeda dengan yang digambarkan di atas. Keynes berpendapat harga tidak lagi fleksibel, dan standar emas terpaksa ditinggalkan karena produksi emas tidak bisa mengikuti laju pertumbuhan perdagangan internasional. Selain itu negara juga menginginkan lebih terlibat dalam mengatur perekonomian nasional terkait dengan kedaulatan dan kepentingan nasional maka menolak mekanisme alamiah.
    • Keseimbangan intern dibarengi keseimbangan ektern terjadi karena neraca pembayaran seimbang. Posisi ideal tersebut akan tercapai apabila: a) secara kebetulan, dan b) dengan dilakukan kombinasi kebijakan makro yang tepat. Jadi bukan secara automatis seimbang. Kondisi keseimbangan yang tidak bersamaan antara intern dan ekstern tersebut disebut masalah ketidak serasian.
    • Model perekonomian terbuka pada perdagangan impor ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional (melalui marginal propensity to import) dan tingkat harga luar negeri relatif terhadap tingkat harga dalam negeri. M= M(Y,PF . E/P), sedangkan perdagangan ekspor dipengaruhi oleh tingkat harga luar negeri relatif terhadap harga dalam negeri. X= X(PF . E/P).
    • Y * dan P* pada posisi (PF . E/P*)keseimbangan intern tercapai pada M(Y*) tetapi ekstern tidak tercapai. Maka agar tercapai keseimbangan keduanya bersamaan maka neraca pembayaran harus seimbang yaitu M*=X*yaitu fungsi impor menjadi M'(Y*) maka tercapai keseimbanganintern dibarengi keseimbangan ektern.

  • Expenditure Reducing/Increasing dan Expenditure Switching
    • Keserasian keseimbangan intern dan keseimbangan ekstern tidak dating dengan sendirinya. Pemerintah harus dengan sadar melalui kebijakan atau regulasi berusaha mencapainya. Masalahnya adalah bagaimana caranya pemerintah dapat membuat suatu kebijakan yang tepat.
    • Kelompok kebijakan pertama adalah expenditure reducing/increasing policies. Yang termasuk kebijakan ini diantaranya adalah semua kebijakan fiscal dan moneter yang mempunyai efek utama terhadap tingkat Z. Misal perubahan pengeluaran pemerintah (∆G), kebijakan tingkat bunga dalam negeri (r), penambahan jumlah uang beredar (∆Ms), penurunan /peningkatan pajak pendapatan, dan lain-lainnya.
    • Kelompok kebijakan kedua adalah expenditure switching policies. Yang termasuk kebijakan ini diantaranya adalah semua kebijakan yang mempunyai efek utama terhadap tingkat ekspor dan impor, misalnya kebijakan kurs devisa (devaluasi/revaluasi), pembatasan terhadap impor dan bea masuk, dan lain-lainnya.
    • Dua dalil umum mengenai kedua keseimbangan diatas, yaitu: 1) kombinasi kebijakan terkait keserasian dua keseimbangan adalah tergantung pada posisi awal dari perekonomian tersebut terjadi, dan 2) menerapkan dalil Tinbergen-Meade, yaitu suatu dalil yang menjelaskan bahwa untuk mencapai keserasian kedua keseimbangan tersebut perlu dilakukan dua sasaran atau target secara bersama-sama dan tidak boleh hanya untuk salah satu keseimbangan saja yaitu dengan menerapkan dua kebijakan diatas secara bersama-sama dan simultan.


      (Sumber: Boediono, "Ekonomi Makro", 1999)

Senin, 30 Maret 2009

Teori Makro Keynes: Pasar Uang dan Tenaga Kerja

  • Pendahuluan
    • Inti teori Keynes pada pendapatnya terhadap ketiga pasar ini (plus pasar luar negeri pada perekonomian terbuka) adalah masing-masing pasar saling kait mengait .
    • Mengetahui proses keseimbangan di suatu pasar atau di masing-masing pasar tidak cukup mengetahui proses makro secara lengkap.
    • Keynes menekankan perlunya melihat proses sebagai proses keseimbangan umum (general equilibrium), yaitu proses penyesuaian di semua pasar untuk menuju ke arah posisi keseimbangannya secara bersama-sama.
    • Setiap perubahan situasi makro harus dikaji dalam kerangka proses keseimbangan umum tersebut.

  • Pasar Uang
    • Di pasar uang, penawaran akan uang bertemu dengan permintaan akan uang, dan pertemuan tersebut merupakan penentu "harga/nilai" dari uang.
    • Menurut Keynes, harga uang adalah harga yang harus dibayar untuk penggunaan uang, yang tidak lain adalah tingkat bunga.
    • Penawaran akan uang ditentukan oleh penguasa moneter, sehingga identik dengan jumlah uang yang beredar.
    • Permintaan akan uang merupakan fokus/inti dari teori Keynes. Yaitu Keynes mengatakan seseorang memegang uang (atau meminta uang tunai)karena ia mempunyai tujuan-tujuan atau motif tertentu dalam menggunakan uang tersebut.
    • Ada tiga motif memegang atau menggunakan uang. Yaitu: 1) Motif transaksi, 2) Motif berjaga-jaga, dan 3) Motif spekulasi.
    • Motif transaksi timbul karena dalam perekonomian penggunaan uang untuk alat tukar menukar. Yaitu terdapat kebutuhan menyelesaikan transaksi-transaksi dengan menggunakan uang. Pada saat transaksi masih dilakukan dengan barter barang atau jasa maka tidak dibutuhkan alat likuid berupa uang. Uang tunai yang digunakan masyarakat tergantung pada (a) volume transaksi, dan (b) tingkat harga umum.
    • Keynes berpendapat sama dengan teori klasik yaitu volume transaksi erat kaitannya dengan jumlah barang/jasa yang diproduksi, sehingga Md = kPQ dimana k = konstanta, P = harga, Q = Volume transaksi
    • Motif Berjaga-jaga, hal ini Keynes membedakan permintaan akan uang untuk tujuan melakukan pembayaran-pembayaran yang tidak reguler atau yang diluar rencana dari transaksi normal atau rutin. Misal untuk pembayaran keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit, dan pembayaran tidak terduga lainnya. Orang akan mendapat manfaat dengan memegang uang untuk menghadapi keadaan-keadaan yang tidak terduga tersebut. Karena sifat uang yang liquid atau mudah untuk ditukar dengan barang atau sebagai alat pembayaran lainnya.
    • Permintaan akan uang untuk motif transaksi dan berjaga-jaga tidak menyimpang dari teori klasik, yaitu memandang kebutuhan akan uang berdasarkan fungsi sebagai alat tukar.
    • Pembaharuan teori Keynes adalah pada permintaan uang untuk spekulasi atau motif spekulasi. Motif ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan seandainya pemegang uang tersebut dapat meramal apa yang terjadi di masa depan dengan tepat.
    • K = rP, maka P = K/r dimana K=hasil pertahun yang diterima, P=harga pasar atau nilai sekarang, dan r=tingkat bunga. Bila tingkat bunga turun maka harga pasar obligasi akan naik.
    • Md = [kQ + Ѳ (r)]P atau Md/P =kQ + Ѳr, dimana Md/P =permintaan akan uang secara riil, kQ=permintaan akan uang untuk berjaga-jaga (dinyatakan suatu proporsi k dari pendapatan nasional riil atau tingkat output Q), Ѳr=permintaan akan uang untuk motif spekulasi (dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat bunga r).
    • Fungsi permintaan akan uang tersebut disebut Liquidity Preference, yaitu Md=f(Q,r)
    • Penentuan tingkat bunga dipasar uang digambarkan oleh perpotongan kurva Liquidity Preference dengan kurva uang beredar.
    • Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teori Keynes di pasar uang yaitu: 1) Teori tersebut lebih sesuai untuk Negara yang mempunyai lembaga pasar uang yang telah berkembang atau negara maju, 2) Kekuasaan pemerintah mengendalikan Ms atau uang beredar tidaklah selangsung atau semudah yang digambarkan dalam teori diatas. Pemerintah hanya bias mengendalikan uang kartal, sedangkan uang giral diciptakan oleh sektor perbankan. Uang giral dipengaruhi oleh pemerintah melalui kebijakan kredit, tingkat bunga, kebijakan perbankan.

  • Pasar Tenaga Kerja
    • Kaum klasik mengenal tiga macam pengangguran: 1) Pengangguran yang timbul karena adanya pergeseran tingkat output dan bersifat sementara (frictional unemploement), 2) Pengangguran musiman (seasonal unemployment), 3) pengangguran yang dibuat orang misal karena peraturan pemerintah tetang upah minimum.
    • Menurut klasik semua harga termasuk upah tenaga kerja bergerak secara fleksibel ke atas maupun ke bawah dan bereaksi secara cepat dan rasional terhadap perubahan upah secara automatis akan kembali full employment. Namun pada kenyataan full employment secara automatis tidak akan berjalan.
    • Keynes menyarankan pemerintah harus aktif melakukan sesuatu, bukannya menunggu berkerjanya proses alamiah tersebut. Yaitu dengan menggeser kembali dari Z1 ke Z0. Cara yang efektif adalah dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah (G). kenaikan G secara multiplier akan menaikkan permintaan aggregate Z.
    • Cara lain adalah meningkatkan unsur lain dari Z, yaitu C dan I. namun untuk meningkatkan C dan I pemerintah melakukan dengan cara tidak langsung. Misal melalui penurunan pajak atau penurunan tingkat bunga. Cara tersebut kurang bisa diandalkan karena masih banyak tergantung banyak factor-faktor lain di luar kekuasaan pemerintah.
    • Bila Z naik terlalu cepat dan terjadi inflasi maka pemerintah dapat mengatasi dengan cara mengurangi pengeluaran pemerintah. Atau dapat diatasi dengan menaikkan pajak dan tingkat bunga serta pengendalian moneter.

  • Rekapitulasi Proses Makro Keynes
    • Ciri khas teori Keynes adalah adanya saling kait mengait dan saling pengaruh mempengaruhi (interdependence) antara ketiga pasar makro yaitu pasar barang, pasar uang dan pasar tenaga kerja.
    • Suatu perekonomian dikatan mencapai keseimbangan umun (general equilibrium) apabila semua pasar ada pada posisi ekuilibrium secara bersama-sama atau simultan
    • Konsepsi aliran kegiatan suatu perekonomian menurut teori Keynes yaitu kegiatan produksi (Q) menciptakan penghasilan (Y), kemudian dibelanjakan sebesar Z untuk membeli barang dan jasa. Pengeluaran Domestik Bruto (Gross Domestic Expenditure/GDE) bagi Z, Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/GDP) bagiQ, dan Pendapatan Domestik Bruto (Gross Domestic Income/GDI) bagi Y.

  • Pendekatan IS-LM
    • Ada cara lain untuk menjelaskan proses keseimbangan pasar dalam teori Keynes yaitu berdasarkan pendekatan IS-LM.
    • Pendekatan IS-LM diperkenalkan pertama kali oleh ekonom Inggris bernama John Hicks pada tahun 1937.
    • Selanjutnya pendekatan IS-LM menjadi cara standar menjelaskan teori Keynes.
    • Pertama melihat keseimbangan pasar barang, posisi keseimbangan tercapai apabila permintaan agregat sama dengan penawaran agregat yaitu keseimbangan pada tingkat harga dan output (P*, Q*). Apabila ada kenaikan I, maka keseimbangan akan berubah berupa P* dan Q* yang baru melalu proses income multiplier.
    • I dalam teori Keynes ditentukan oleh kurva MEC dan tingkat bunga (r), berbagai keseimbangan terjadi dari r dan Q.
    • Kurve yang menunjukkan berbagai tingkat r dan Q yang memenuhi syarat keseimbangan di pasar barang, kurva ini disebut dengan kurva IS. Kurva ini menjamin bahwa pengeluaran investasi yang diinginkan investor persis sama dengan tabungan (S) yang disisihkan oleh Rumah Tangga. Keseimbangan antara menabung (Saving) dan Investasi tidak lain adalah keseimbangan antara permintaan agregat atau pengeluaran agregat (Z) dengan pendapatan agregat (Y). Yaitu Y=C+S, Z=C+I, sehingga S=I karena Y=Z.
    • Kurva IS berslope negatif, karena bila r tinggi maka I rendah sehingga Z rendah. Hal ini mengakibatkan P* dan Q* yang rendah.
    • Sebaliknya bila r rendah maka I tinggi sehingga Z tinggi. Hal ini mengakibatkan p* dan Q* yang tinggi. Jadi nilai r berkaitan dengan Q* dan hubungan r dengan Q* adalah negatif atau dengan arah berlawanan.
    • Di pasar uang, kurva permintaan akan uang (liquidity preference) bertemu dengan penawaran akan uang dan menentukan tingkat bunga (r). Permintaan uang dipengaruhi oleh nilai P dan Q yaitu permintaan uang untuk tujuan transaksi.
    • Kurva LM menggambarkan keseimbangan antara permintaan akan uang (L) dengan penawaran akan uang (Ms), atau merupakan keseimbangan pasar uang.
    • Keseimbangan umum perekonomian bisa diperoleh dengan cara mencari titik temu antara kuva IS dengan LM. Sebab pada titik tersebut terjadi keseimbangan antara pasar barang dan pasar uang secara bersama-sama (simultan).

    (Sumber: Boediono, "Ekonomi Makro", 1999)


Senin, 16 Maret 2009

Teori Makro Keynes: Pasar Barang


  • Dasar Filsafat Teori Keynes
    • Masalah depresi dan pengangguran yang hebat tahun 1930-an, kaum sosialis di Barat menyalahkan pada sistem perekonomian klasik yaitu sistem laissez faire atau liberalisme atau kapitalisme.
    • Selama pengelolaan perekonomian pada para produsen swasta yang per definisi hanya bertujuan mengejar keuntungan pribadi, maka depresi, pengangguran, dan inflasi akan tetap akan menjadi penyakit perekonomian.
    • Penyakit-penyakit tersebut merupakan konsekuensi logis dari sistem Kapitalisme.
    • Kaum sosialis mengusulkan: perombakan sistem perekonomian ke sistem sosialis, yaitu suatu sistem ekonomi dimana faktor-faktor produksi tidak lagi bisa dimiliki oleh pengusaha swasta, tetapi hanya bisa dimiliki oleh negara (masyarakat).
    • Semua kegiatan produksi dikuasai oleh Negara artinya lebih mengutamakan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi/golongan. Motif mengejar keuntungan bukan lagi sebagai motif utama untuk menggerakkan produksi (seperti dalam sistem kapitalis).
    • Keynes memberikan pemikiran yang berbeda . Hal ini menunjukkan Keynes pada posisi unik dalam sejarah pemikiran perekonomian barat. Yaitu Keynes menawarkan jalan tengah.
    • Keynes mengatakan, untuk mengatasi penyakit ekonomi tersebut, maka orang harus bersedia meninggalkan ideologi laissez faire yang murni. Yaitu pemerintah harus lebih banyak campur tangan secara aktif dalam mengendalikan perekonomian nasional.
    • Keynes berpendapat bahwa kegiatan produksi dan pemilikan faktor-faktor produksi tetap dipertahankan dipercayakan kepada pengusaha swasta, tetapi pemerintah harus aktif mempengaruhi gerak perekonomian nasionalnya.
    • Keynes tidak percaya sistem laissez faire, yaitu full employment akan secara automatis akan tercapai. Karena full employment bisa automatis apabila disertai dengan tindakan-tindakan yang terencana dengan baik, bukan tercapai dengan sendirinya.


  • Pasar Barang
    • Kemungkinanan kelebihan produksi
      • Keynes menolak hukum Say
      • Suatu waktu tertentu daya beli masyarakat memang tersedia dalam jumlah yang cukup untuk membeli barang/jasa yang diproduksikan
      • Tetapi daya beli yang dimiliki masyarakat tersebut tidak selalu harus sama dengan daya beli yang betul-betul dibelanjakan oleh masyarakat di pasar barang.
      • Dengan kata lain, sebagian dari daya beli tersebut diterjemahkan sebagai permintaan efektif, namun sebagian yang lain dari daya beli tersebut akan digunakan ditabung oleh masyarakat. Menabung tidak menambah permintaan efektif dimasyarakat.
    • Kemungkinan kekurangan produksi
      • Keadaan sebaliknya, yaitu kekurangan produktif secara umum juga mungkin terjadi. Kalau para produsen ternyata memutuskan untuk melakukan investasi dalam jumlah lebih besar daripada daya beli yang ditabung oleh masyarakat, maka permintaan efektif di pasar barang menjadi terlalu besar dibanding nilai output yang tersedia dipasar.
      • Besar kecilnya permintaan efektif (total) sangat tergantung pada keputusan para konsumen (rumah tangga) mengenai besar pengeluaran konsumsinya dan keputusan para produsen mengenai besarnya investasi yang mereka ingin laksanakan dalam periode tersebut.
      • Mengenai keputusan pengeluaran konsumsi rumah tangga, Keynes berpendapat bahwa keputusan tersebut cukup stabil dan biasanya hanya berubah apabila tingkat pendapatan rumah tangga berubah. Yang sulit diterka justru pada perilaku produsen dalam pengeluaran investasinya. Padahal pengeluaran investasi sangat menentukan gejolak GDP (dan ada kesempatan kerja).


  • Permintaan Agregat atau Pengeluaran Agregat
    • Misal perekonomian tertutup (yaitu tidak melakukan transaksi luar negeri).
    • Permintaan agregat (aggregate demand) sama dengan pengeluaran agregatif dari masyarakat secara keseluruhan (Z).
    • Tiga unsur permintaan agregat meliputi: 1) permintaan efektif dari rumah tangga akan barang konsumsi (C), 2)permintaan efektif sector produsen untuk investasi (I), 3) permintaan efektif dari pemerintah (G).
    • Z = C + I + G


  • Yang Menentukan C (Pengeluaran Rumah Tangga): Propensity to Consume dan Propensity to Save
    • Proses produksi menghasilkan pendapatan dalam masyarakat, kemudian pendapatan menimbulkan permintaan efektif dalam pasar barang yaitu permintaan efektif untuk barang konsumsi oleh sektor rumah tangga (C). menurut Keynes tidak semuanya di konsumsi tetapi sebagiannya di tabung.

      Y = Q

      Y = C + S

      Q > C

    • Persentase pendapatan dalam masyarakat untuk menabung disebut dengan kecenderungan untuk menambung (propensity to save) = s. Prosentase pendapatan dalam masyarakat untuk konsumsi atau di belanjakan disebut dengan kecenderungan untuk berkonsumsi (propensity to consume) = c.

      S = s Y

      C = c Y

      C + S = c Y + s Y = (c + s) Y = Y

      c + s = 1

    • Khusus untuk bentuk fungsi konsumsi jangka pendek, C = a + cY
      • Marginal propensity to consume (MPC) adalah perubahan pengeluaran konsumsi yang disebabkan oleh perubahan tingkat pendapatan.

        MPC = ∆C/∆Y = c

      • Average propensity to consume (APC) adalah proporsi dari penghasilan yang dibelanjakan untuk konsumsi.

        C/Y = (a + cY)/Y = (a/Y) + c

    • Fungsi konsumsi jangka panjang MPC = APC = c


  • Yang Menentukan I (Pengeluaran Produsen): Tingkat Bunga dan Marginal Efficiency of Capital
    • Investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang atau jasa untuk tujuan meningkatkan pendapatan di masa yang akan datang misal untuk penambahan stok di gudang atau perluasan pabrik.
    • Apakah pengeluaran rumah tangga (C) sama dengan pengeluaran produsen (I), jawabannya adalah tidak sama.
    • Pengeluaran oleh sektor produsen tidak sama dengan rumah tangga dalam dua hal yaitu menyangkut: 1) macam/tujuan pengeluaran, dan 2) kemungkinan-kemungkinan yang terbuka untuk pembiayaan pengeluaran tersebut.
    • Tujuan pengeluaran sektor produsen (perusahaan) bukan untuk tujuan konsumsi (seperti sektor rumah tangga) tetapi untuk tujuan investasi.
    • Investasi dengan harapan keuntungan di masa yang akan datang, sementara konsumsi atas dasar kebutuhan dari rumah tangga.
    • Dua aspek yang mempengaruhi besarnya I yang berhubungan dengan pasar uang, yaitu 1) Kemungkinan menggunakan dana pihak lain, dan 2) Faktor keuntungan yang diharapkan oleh produsen/perusahaan.
    • Kemungkinan menggunakan dana pihak lain untuk investasi, misal perusahaan A meminjam uang dari pasar uang tidak resmi contoh pijam ke kenalannya, perusahaan B meminjam uang dari pasar uang yang disebut sector perbankan contoh pinjam ke BRI, dan perusahaan C meminjam uang dari pasar uang yang disebut pasar surat berharga atau bursa efek atau pasar modal.
    • Di dalam pasar uang terdapat titik temu antara volume dana yang dipinjamkan dan tingkat bunga atau harga dari dana tersebut. Bagi peminjam dana (mis: untuk investasi), tingkat bunga merupakan biaya yang harus dibayar karena menggunakan dana tersebut.
    • Pengertian tingkat bunga juga berlaku bagi perusahaan yang memiliki dana sendiri dan meminjamkan ke pasar uang sehingga mendapatkan penghasilan/pendapatan bunga sebesar tingkat bunga yang ada.
    • Faktor keuntungan yang diharapkan, dinyatakan dalam dua dimensi: 1) Dimensi yang menunjukkan berapa besar keuntungan yang akan diperoleh untuk setiap rupiah yang akan ditanamkan, 2) Dimensi waktu yang menunjukkan berapa lama aliran keuntungan diperoleh.
    • Besarnya keuntungan bisa dinyatakan dalam "keuntungan kotor" yaitu berupa prosentase per tahun (atau satuan waktu lainnya). Misal keuntungan kotor 50% pertahun dan dimensi waktu keuntungan (atau lama umur ekonomis) berinvestasi selama 10 tahun
    • Bila keuntungan yang diharapkan (Marginal Efficiency of Capital/MEC) adalah lebih besar daripada tingkat bunga, maka investasi dilaksanakan. Bila MEC lebih kecil daripada tingkat bunga, maka investasi tidak dilaksanakan. Bila MEC = tingkat bunga, maka investasi boleh dilaksanakan dan juga boleh tidak dilaksanakan bagi mereka yang memiliki dana.
    • Fungsi MEC atau fungsi investasi adalah menunjukkan hubungan antara tingkat bunga yang berlaku dengan tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan oleh investor.
    • Tiga hal penting dalam fungsi investasi yaitu: 1) fungsi tersebut mempunyai slope yang negatif, 2) fungsi semacam ini sulit tercapai karena posisinya yang labil, 3) perlu ditekankan hubungan fungsi tersebut dengan kenyataan.
    • Pertama, semakin rendah tingkat bunga maka semakin tinggi pengeluaran investasi.
    • Kedua, kelabilan karena posisinya sangat dipengaruhi oleh nilai MEC dari proyek yang ada. MEC dihitung sangat subyektif dan berubah dari hari ke hari.
    • Ketiga, hubungan teori Keynes dengan kenyataan terutama tentang tersedianya dana untuk investasi. Artinya berdasarkan teori Keynes setiap tingkat bunga akan selalu tersedia dana untuk investasi sesuai apa yang diminta, pada kenyataan dana belum tentu selalu tersedia. Atau begitu banyak proyek menguntungkan (MEC tinggi) tapi dana terbatas.


  • Yang Menentukan G (Pengeluaran Pemerintah)
    • Pengeluaran pemerintah (G) adalah semua pembelian barang/jasa yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah-pemerintah daerah.
    • Barang dan jasa yang dimasukkan dalam G adalah pembelian barang/jasa yang merupakan hasil proses produksi pada tahun yang bersangkutan.
    • Pembelian barang bekas atau gedung lama tidak termasuk G.
    • G sebagai variabel eksogen, karena pengeluaran pemerintah (G) bisa mempengaruhi permintaan agregat


  • Konsep Pelipat (Multiplier)
    • Diatas dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan agregat (Z).
    • Dalam perekonomian tertutup, permintaan agregat sama dengan pengeluaran agregat.
    • Putaran pertama, apabila investor menaikkan investasi sebesar ∆I, maka akan meningkatkan nilai Z sebesar ∆I. Uang sebesar ∆I diterima oleh penjual barang atau jasa sebagai tambahan pendapatan sebesar ∆Y.
    • Putaran kedua, kenaikan pendapatan akan meningkatkan pengeluaran konsumsi sebesar c ∆Y sebesar c ∆I. Jumlah ini akan dibelanjakan dipasar barang, maka menambah lagi nilai Z. jadi pada putaran kedua ini, Z akan naik sebesar ∆I + c ∆I.
    • Kenaikan sebesar ∆I + c ∆I, bagi penjual barang atau jasa sebagai tambahan pendapatan
    • Putaran ketiga terjadi pengeluaran konsumsi meningkat c kali c ∆I sehingga menjadi c2∆I

      ∆Z = ∆I + c ∆I + c2∆I + c3∆I + …………

      = (1 + c + c2 + c3 + ……)∆I

      = (1/1-c) ∆I

    • Bila bertambah sebesar ∆G, maka rumusnya menjadi:

      ∆Z = (1/1-c) ∆G


  • Penawaran Agregat dan Output Agregat
    • Penawaran agregat mempunyai beberapa kesamaan dengan penawaran pasar dalam ekonomi mikro, yaitu hanya menggunakan satu macam barang dan pasar yang ada dalam bentuk persaingan sempurna.
    • Dalam jangka pendek, kurva penawaran seorang produsen adalah kurva Marginal Costnya.
    • Kurva penawaran agregat adalah penjumlahan horizontal dari semua kurva MC, yaitu menaik dengan makin tingginya harga.
    • Kesimpulan ini akan tetap berlaku walaupun barang yang dihasilkan lebih dari satu dan persaingan tidak sempurna.


  • Keseimbangan di Pasar Barang
    • Dari segi permintaan agregat, akan mempunyai proses multiplier untuk mencapai semacam "keseimbangan" didalamnya.

      ∆Z = (1/(1-c))*∆I

      Z1 = Z0 + ∆Z

    • Posisi Z1 adalah seperti posisi keseimbangan. Maksudnya adalah bahwa pada tingkat tersebut proses multiplier sudah berhenti dan tidak ada kecenderungan bagi nilai Z untuk berubah.
    • Tercapainya keseimbangan di atas adalah keseimbangan dari satu sisi pasar yaitu sisi permintaan.
    • Keseimbangan pasar barang akan tercapai apabila permintaan agregat sama dengan penawaran agregat (bertemu dalam satu titik/berpotongan).

(Sumber: Boediono, "Ekonomi Makro", 1999)


Rabu, 11 Maret 2009

Teori Ekonomi Makro Klasik

  • Pendahuluan
    • Pada tahun 1937 buku karangan John Maynard Keynes dari Universitas Cambridge di Inggris berjudul "The General Theory of Employment, Interest and Money" sebagai tonggak penting dalam sejarah pemikiran ekonomi barat.
    • Karena buku tersebut maka pandangan mengenai ekonomi makro menjadi berubah sama sekali.
    • Teori ekonomi makro sebelum tahun 1937 disebut sebagai teori makro klasik

  • Dasar Filsafat Kaum Klasik
    • Teori klasik menganggap sistem ekonomi liberal sangat ampuh.
    • Ideologi dalam teori klasik sangat percaya pada sistem laissez faire atau sistem dimana setiap orang benar-benar bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi apapun (sebatas sesuai hukum yang berlaku) dan dapat mencapai kesejahteraan masyarakat secara automatis.
    • Sistem bebas menganggap perlunya sesedikit mungkin peran/campur tangan pemerintah.
    • Tanpa campur tangan pemerintah, kaum klasik dapat mencapai: 1) tingkat kegiatan ekonomi yang optimal (full employment level of activity), 2) pengalokasian sumber daya alam dan produksi kedalam kegiatan ekonomi yang efisien.
    • Campur tangan yang boleh dilakukan pemerintah adalah di bidang: hukum, pertahanan, kepamongprajaan, dan pendidikan. Di bidang ekonomi makro tidak perlu campur tangan pemerintah, karena apabila ditangani oleh swasta lebih efisien.

  • Pasar Barang
    • Menurut kaum klasik, di pasar barang tidak mungkin kelebihan produksi atau kekurangan produksi untuk jangka waktu lama.
    • Apabila suatu saat berlebih dan kekurangan produksi maka berdasarkan mekanisme pasar yang secara automatis pasar akan mendorong kembali pada posisi tercukupinya produksi sehingga memenuhi kebutuhan total masyarakat secara tepat (full employment level activity).
    • Kepercayaan di atas didasari pada kenyataan yang terjadi: 1) hukum say (say's law) yang mengatakan setiap barang yang diproduksi selalu ada yang membutuhkan/meminta (supply creates its own demand), 2) harga barang dan jasa adalah fleksibel, yaitu dapat dengan mudah harga berubah sesuai dengan tarik menarik antara permintaan dengan penawarannya.
    • Hukum Say mengatakan "supply creates its own demand". Setiap produksi mempunyai dua akibat: 1) menghasilkan barang/jasa sebagai hasil produksi, dan 2) memberikan penghasilan kepada pemilik faktor produksi yang jumlahnya senilai dengan jumlah hasil produksi tersebut.
    • Dari segi kebijakan ekonomi, pemerintah tidak perlu melakukan campur tangan apapun. Kalau ada resesi atau depresi (turunnya GDP yang menimbulkan pengangguran) kita hanya perlu menunggu sampai perekonomian melakukan penyesuaian sendiri secara automatis, dan full employment pasti akan kembali lagi.
    • Bila harga naik, maka produksi akan turun karena sedikit permintaan berdampak tenaga kerja menganggur secara sukarela…agar produksi naik menurunkan upah dan menurunkan harga…maka produksi akan naik, bila produksi meningkat maka butuh tenaga kerja akibatnya harga, produksi, dan upah akan menuju keseimbangan.
    • Untuk mempercepat full employment pemerintah mungkin dapat mengatur agar harga lebih fleksibel dengan cara menghapus upah minimum, persekongkolan harga antara produsen dll).

  • Pasar Tenaga Kerja
    • Kaum klasik berpendapat, apabila harga dari tenaga kerja (upah) juga fleksibel maka permintaan akan tenaga kerja selalu seimbang dengan penawaran akan tenaga kerja. Per-definisi tidak ada kemungkinan timbulnya pengangguran sukarela.
    • Artinya pada tingkat upah (riil) yang berlaku di pasar tenaga kerja semua orang bersedia untuk bekerja pada tingkat upah tersebut, maka mereka semua akan memperoleh pekerjaan.
    • Mereka yang menganggur adalah mereka yang tidak bersedia bekerja pada tingkat upah yang berlaku. Jadi mereka merupakan penganggur sukarela.
    • Berdasarkan konsep full employment, maka semua akan kembali bekerja setelah tingkat upah kembali normal.

  • Pasar Uang
    • Penawaran akan uang adalah jumlah uang yang beredar yang ditentukan oleh pemerintah, sedangkan untuk uang giral oleh lembaga keuangan (perbankan) sesuai dengan kebijakan tertentu.
    • Artinya jumlah uang beredar (uang kartal dan uang giral) ditentukan oleh kebijakan moneter dari pemerintah beserta lembaga keuangannya.
    • Berdasarkan Teori Kuantitas (teori tentang permintaan uang), kaum klasik berpendapat bahwa mayarakat memerlukan uang tunai untuk keperluan transaksi tukar menukar barang/jasa (jual/beli).
    • Uang diminta/dibutuhkan masyarakat (di RT atau produsen) karena untuk dapat melakukan tukar menukar diantara masyakat tersebut (artinya uang berfungsi sebagai alat pembayaran).
    • Kaum klasik berpendapat uang tidak dapat menghasilkan apa-apa kecuali untuk mempermudah transaksi. Jadi semakin banyak transaksi maka semakin banyak uang yang dibutuhkan.
    • Pasar uang mempertemukan permintaan barang dengan permintaan akan uang, selanjutnya menetukan tingkat harga umum.
    • Kaum klasik berpendapat, pasar uang akan menentukan "nilai" uang, yaitu tingkat daya-beli uang untuk mendapatkan/menukarkan barang/jasa (atau berdasarkan tingkat harga umum).
    • Perbedaan dengan teori Keynes, yaitu pasar uang menentukan "harga" uang (berdasarkan tingkat bunga), sedangkan teori klasik pasar uang menentukan "nilai"uang (berdasarkan tingkat harga umum).
    • Jadi Penawaran uang (Ms) = ditentukan oleh kebijakan moneter
    • Permintaan uang (Md) = kPQ … dimana (k=konstanta, P=harga umum, dan Q=GDP pada harga konstanta)


  • Pasar Luar Negeri
    • Kaum klasik berpendapat bahwa perekonomian dunia akan dapat mengoreksi ketidak seimbangan pasar secara automatis.
    • Esensi teori klasik disektor luarnegeri adalah suatu perekonomian nasional tidak perlu merepotkan diri untuk menyeimbangkan neraca perdagangannya dengan kebijakan-kebijakan khusus, asal mengikuti kebijakan sistem pembayaran luar negeri tertentu.
    • Kebijakan system pembayaran luar negeri tertentu tersebut adalah sbb: 1) Sistem Standar Emas, dan 2) Standar Kertas dan Kurs Devisa yang Fleksibel.
    • Standar emas, yaitu suatu sistem dimana uang dalam negeri (mis: rupiah) ditanggung secara penuh dengan emas. Artinya setiap satuan uang tersebut selalu bisa ditukarkan dengan emas murni seberat x gram pada bank sentral (sesuai harga emas saat itu).
    • Standar kertas dan kurs devisa yang fleksibel, yaitu suatu sistem dimana sistem keuangan dalam negeri mengikuti standar kertas, artinya penggunaan uang kertas yang tidak dijaminkan dengan emas. Disamping itu sistem ini juga mengikuti sistem kurs devisa yang mengambang. Arti "mengambang" adalah bahwa pemerintah tidak menentukan kurs atau paritas (perbandinganpertukaran) antara mata uang negara tersebut (mis: rupiah) dengan negara lain (mis: dollar). Kurs rupiah terhadap mata uang asing manapun dibiarkan nilainya naik turun secara bebas sesuai dengan tarik menarik kekuatan-kekuatan pasar devisa.
    • Mekanisme Hume.
    • Mekanisme sistem kurs mengambang.

  • Pendapat Mengenai Teori Klasik
    • Dalam teori klasik, masing-masing pasar secara bersama-sama membentuk suatu perekonomian memiliki daya mengatur diri sendiri (self-regulating) menuju pada keseimbangan.
    • Sistem ekonominya berdasarkan pada orde alamiah (natural order) yang tunduk pada hukum-hukum alam (natural laws).
    • Campur tangan pemerintah dianggap menghambat proses penyesuaian alamiah dari perekonomian ke arah keseimbangannya.
    • Kaum klasik hanya menyetujui dua campur tangan pemerintah di bidang ekonomi satu tingkat mikro dan lainnya tingkat makro.
    • Campur tangan tingkat mikro yaitu menyangkut pengaturan-pengaturan atas industri-industri yang bersifat monopoli dan penghapusan hambatan-hambatan kelembagaan yang menghalangi fleksibilitas harga-harga untuk turun atau naik sesuai tarik menarik penawaran dan permintaan pasar.
    • Campur tangan tingkat makro, adalah tindakan pengaturan terhadap jumlah uang yang beredar (Ms). Namun hal inipun berlaku bagi negara yang menganut standar kertas.
    • Tingkat harga umum (P) langsung ditentukan oleh besarnya uang yang beredar. Pemerintah mengendalikan uang beredar (Ms) sehingga tercapai kestabilan tingkat harga umum (agar tidak terjadi inflasi).

  • Teori klasik dan Realita Sejarah
    • Liberalisme mempunyai andil dalam perkembangan perekonomian negara-negara barat. Sekitar 170 tahun yang lalu perekonomian negara-negara eropa mengalami lepas landas (take-off) dengan sistem yang dijiwai oleh ideologi liberalisme.
    • Selama lebih dari 100 tahun revolusi industry di Perancis dan Inggris, GDP dari Negara-negara ini mengalami pertumbuhan yang pesat dan harga-harga cukup stabil.
    • Ada dua keresahan pada penerapan teori klasik dan standar emas, yang pertama adalah segi distribusi pendapatan yang perkembangannya tidak seindah perkembangan GDP dan tingkat harga. Hal ini disebabkan ketimpangan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan warga masyarakat yang semakin timpang telah mengundang reaksi yang keras dari kaum sosialis.
    • Segi kedua menyangkut masalah pengangguran dan fluktuasi GDP dari tahun ke tahun. Memang benar pada awalnya GDP negara-negara barat tersebut menunjukkan dengan jelas adanya trend pertumbuhan yang pesat. Namun kalau diamati perkembangan dari tahun ke tahun nampak adanya depresi yang semakin parah. Dari waktu ke waktu produksi semakin menciut dan buruh di pecat dan menganggur.
    • Depresi terberat yang paling akhir melanda dunia pada akhir tahun 1930-an. Di banyak negara pada waktu itu tingkat kegiatan nasionalnya anjlok menjadi hampir separuhnya hanya dalam waktu satu tahun saja.
    • Kaum klasik tidak berbuat apa-apa, dengan harapan dan keyakinan bahwa system bebas usaha mereka (laissez faire) akan mengkoreksi diri sendiri. Ternyata koreksi automatis tidak kunjung datang atau sangat lamban, sedangkan pengangguran sudah puluhan juta sudah mendekati kelaparan karena tidak berpenghasilan apapun. Akhir pemerintah harus campur tangan secara aktif, maka pada saat terjadi persimpangan jalan tersebut lahirlah teori Keynes.

    (Sumber: Boediono, "Ekonomi Makro", 1999)

Pengertian Ekonomi Makro


  1. Berkaitan dengan bagaimana mengendalikan perekonomian nasional setiap saat dalam jangka satu periode atau satu tahun fiskal. Hal ini dilakukan agar dapat mengatasi tiga penyakit makro yang utama yaitu: 1) inflasi, 2) pengangguran, dan 3) ketimpangan dalam neraca pembayaran

  2. Mengendalikan perekonomian agar adanya keserasian antara pertumbuhan penduduk dan kualitas pendidikannya, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi demi bertambahnya jumlah lapangan pekerjaan dan pendapatan.

  1. Kapasitas total dari perekonomian.
  2. Jumlah penduduk dan jumlah angkatan kerja.
  3. Lembaga-lembaga sospol dan ekonomi.


  1. Neraca perdagangan, yaitu penerimaan devisa dari ekspor dikurangi pengeluaran devisa untuk impor. Sedangkan neraca pembayaran untuk mengetahui tentang aliran keluar masuknya modal.
  2. Dasar penukaran luar negeri (terms of trade), yaitu harga rata-rata ekspor dibagi dengan harga rata-rata impor
  3. Cadangan devisa, yaitu saldo persediaan devisa pada awal tahun ditambah dengan saldo neraca pembayaran (di kurangi bila difisit neraca pembayaran).