Inilah Aku

Foto saya
web ini.....dibuat untuk kebutuhan dan kemanfaatan di masa sekarang dan akan datang ...bermanfaat, berguna, dan tidak merugikan... semoga

Senin, 06 April 2009

Teori Makro Keynes: Perekonomian Terbuka (+Pasar Luar Negeri)

  • Konsekuensi Perekonomian Terbuka
    • Teori makro mengenai ekonomi tertutup hanyalah penyederhanaan dari realita, sebab tidak ada negara di dunia ini yang benar-benar tidak mempunyai hubungan ekonomi dengan negara lain.
    • Teori makro pada perekonomian tertutup digunakan sebagai sarana untuk membantu memberikan pemahaman pada kita terhadap konsep-konsep dasar teori ekonomi makro.
    • Konsekuensi dari perekonomian terbuka adalah dengan munculnya pasar keempat (pasar luar negeri) di dalam proses/sistem perekonomian tersebut. Akibatnya keseimbangan umum (general equilibrium) tidak hanya ditentukan oleh tiga pasar tapi menjadi empat pasar yaitu pasar barang, pasar uang, pasar tenaga kerja, dan pasar luar negeri.
    • Secara khusus adanya keempat pasar tersebut mempengaruhi tiga konsep yang meliputi: a) permintaan agregat, b) jumlah uang beredar, dan c) tingkat harga barang/jasa.
    • Permintaan agregat (Z). Permintaan agregat sebelumnya pada perekonomian tertutup, posisi keseimbangan berdasarkan keseimbangan pasar dalam negeri (yaitu menentukan nilai P dan Q keseimbangan). Untuk perekonomian terbuka, Z mempunyai peranan yang sama. Oleh sebab itu Z diartikan sebagai seluruh permintaan akan barang/jasa yang diproduksikan di dalam negeri. Jadi Z meliputi: a) memasukkan permintaan luar negeri terhadap barang/jasa yang diproduksi di dalam negeri (ekspor ke luar negeri), b) mengeluarkan permintaan terhadap barang/jasa dari buatan luar negeri (impor) karena bukan merupakan permintaan barang/jasa dari dalam negeri. Jadi dalam perekonomian terbuka, rumus permintaan agregat menjadi: Z = C+I+G+(X-M) dimana X=ekspor dan M=Impor.
    • Perbedaan antara Z untuk perekonomian tertutup dan terbuka adalah pada perekonomian terbuka ditambahkan (X-M) yang di kenal dengan Neraca Perdagangan. M harus dikeluarkan dari unsur pengeluaran agregat lain (C, I, dan G)termasuk pengeluaran G untuk barang-barang impor.
    • X dianggap sebagai suatu yang ditentukan di luar negeri yang tidak dipengaruhi oleh apa yang terjadi di dalam negeri. (X dianggap sebagai varibel eksogen). Sedangkan M dianggap dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional (Y) semakin tinggi Y maka semakin besar M. Jadi M = mY dimana m=marginal propensity of import.
    • Dengan adanya neraca perdagangan (transaksi luar negeri) maka multiplier permintaan agregar (Z) dan pendapatan agregat (Y) tidak lagi sama dengan 1/(1-c) tetapi menjadi 1/(1-c+m). Dimana besarnya 1/(1-c+m) selalu lebih kecil dari 1/(1-c) karena m selalu bernilai positif. Jadi Z = Y = (1/(1-c+m)).(I+G+X).
    • Adanya "kebocoran" (konsumsi tidak semuanya untuk konsumsi barang/jasa dalam negeri akan tetapi bocor untuk sebagaian konsumsi barang/jasa luar negeri) pengeluaran (leakages) keluar negeri menyebabkan efek multiplier bila ada perubahan I atau lainnya dalam perekonomian terbuka lebih kecil dibandingkan dengan perekonomian tertutup
    • Jumlah uang beredar (Ms). Perekonomian terbuka juga mempengaruhi pasar uang, baik dari sisi permintaan uang maupun sisi penawaran uang. Pada sisi permintaan uang (liquidity preference) terdapat satu faktor tambahan yang menentukan yaitu tingkat bunga di luar negeri selain tingkat bunga dalam negeri, tingkat GDP, dan tingkat harga di dalam negeri. Dalam ekonomi tertutup Md = Ѳ(P,Q,r) sedangkan dalam perekonomian terbuka Md = Ѳ(P,Q,r,rF) dimana r=tingkat bunga dalam negeri, dan rF=tingkat bunga luar negeri.
    • Pada sisi penawaran uang (Ms), pengaruh perekonomian terbuka terhadap penawaran uang lebih jelas. Hal ini ditunjukkan, jumlah uang beredar tergantung pada dua faktor tambahan yaitu posisi dari neraca perdagangan, dan besar kecilnya aliran bersih (netto) modal dari dan ke luar negeri (neraca perdagangan dan neraca aliran modal tergabung menjadi satu neraca yang disebut dengan neraca pembayaran). Neraca perdagangan dikatakan suplus apabila (X-M) adalah positif maka uang beredar di dalam negeri menjadi bertambah. Atau sebaliknya, neraca perdagangan dikatakan defisit apabila (X-M) adalah negatif maka uang yang beredar di dalam negeri menjadi berkurang.
    • Apabila neraca aliran modal menunjukkan terjadi aliran bersih (netto) modal dari luar negeri ke dalam negeri maka ini berarti bahwa cadangan devisa bertambah. Cadangan devisa apabila diuangkan ke dalam rupiah maka akan menambah jumlah uang yang beredar di dalam negeri. Atau sebaliknya, apabila neraca aliran modal menunjukkan terjadi aliran bersih (netto) modal ke luar negeri dari dalam negeri maka rupiah akan dibawa ke luar negeri atau uang beredar berkurang, atau apabila ditukar dengan cadangan devisa ke luar negeri maka cadangan devisa akan berkurang.
    • Jadi rumus uang beredar adalah Ms = Ms'+nh(X-M+K)…. dimana Ms'=uang beredar dalam perekonomian tertutup, n=money multiplier yaitu 1/[u+v(1-u)], h=perubahan cadangan yang rupiahkan yaitu 0<h<1, dan K=aliran bersih modal ke dalam negeri.
    • K dianggap terdiri dari dua unsur yaitu: a) unsur yang tidak tidak terpengaruh oleh faktor-faktor ekonomis (unsur autonomous), dan b) unsur yang dipengaruhi oleh faktor ekonomis, khususnya perbedaan antara tingkat bunga di luar negeri (rF) dan tingkat bunga di dalam negeri (r). Jadi K = K+K(rF,r) dimana K= aliran modal yang "autonomous", K(rF,r)=aliran modal yang tidak autonomous atau "induced".
    • Apabila rF>r maka aka nada kecenderungan bagi modal untuk mengalir ke luar negeri (nilai K mengecil), dan
    • Apabila r naik rF tetap berarti rF<r maka modal dari luar negeri akan cenderung untuk masuk ke dalam negeri . Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh pendapatan karena bunga dalam negeri lebih tinggi.
    • Tingkat harga barang/jasa. Dalam model perekonomian terbuka, tidak hanya mempunyai satu harga umum P, tetapi paling tidak ada dua tingkat harga umum, yaitu tingkat harga umum yang berlaku di dalam negeri (P) dan tingkat harga umum yang berlaku di luar negeri (PF$). PF adalah harga barang-barang yang dijual/dibeli dipasar luar negeri, yang dinyatakan dalam mata uang asing (misal $ AS).
    • Harga jual ekspor dan harga beli impor ditentukan oleh PF$. Akan tetapi bagi masyarakat Indonesia, berapa barang yang dibeli/dijual dan diimpor/diekspor di pasar dalam negeri menggunakan harga rupiah (PFRp) baik untuk membeli/menjual dan mengimpor/mengekspor produk dalam negeri maupun produk impor (luar negeri). Karena harga ekuivalen PF$ dengan PFRp adalam dalam satuan uang dalam negeri (Rp). Bila di hubungan dengan kurs devisa (E), maka PFRp = E . PF$ dimana E=kurs devisa yang merupakan harga dari setiap $ yang dinyatakan dalan Rp (misal Rp 11500 per US$).
    • Perubahan E dan PF$ mempengaruhi secara luas perekonomian dalam negeri, yaitu melalui perubahan X dan M yang mengikutinya. Dalam perekonomian terbuka, harga X dan M dipengaruhi oleh harga luar negeri secara relatif terhadap harga dalam negeri. Maka perumusannya menjadi: X = X(PF$ . E/P) ; M = M (Y, PF . E/P).
    • Jumlah uang beredar dipengaruhi oleh faktor baru yaitu neraca pembayaran, sehingga menjadi: Ms= M's + n.h (X-M+K) dimana n=money multiplier, h=bagian dari perubahan cadangan devisa yang dirupiahkan, dan K=aliran (netto) modal ke dalam negeri.

  • Masalah Keseimbangan Intern dan Ekstern
    • Dalam perekonomian tertutup, masalah ekonomi makro yang utama adalah bagaimana mencapai tingkat output menuju full employment yang tanpa inflasi. Sasaran ini disebut keseimbangan intern (internal balance). Sedangkan dalam perekonomian terbuka, disamping sasaran di atas maka disertai sasaran yang berupa neraca pembayaran yang seimbang. Sasaran ini disebut keseimbangan ektern (external balance).
    • Berdasarkan dua sasaran keseimbangan diatas maka ada terdapat dua masalah pokok yaitu a) masalah ketidakserasian antara kedua sasaran tersebut, dan b) masalah penentuan kebijakan (atau kombinasi) yang tepat agar tercapai dua sasaran di atas.

  • Masalah Ketidakserasian
    • Dalam teori klasik, permasalahan ketidakserasian dianggap tidak terjadi. Karena dalam teori klasik mekanisme penyesuaian akan terjadi secara automatis menuju keseimbangan intern maupun ekstern.
    • Kaum klasik menganggap: a) semua harga secara fleksibel akan bergerak ke atas maupun ke bawah, b) semua pelaku ekonomi bereaksi secara cepat terhadap perubahan harga, dan c) Negara-negara yang melakukan perdagangan internasional menganut sistem standar emas.
    • Bila neraca pembayaran defisit, berdasarkan mekanisme Hume, emas akan mengalir ke luar negeri untuk menutup deficit tersebut. Akibatnya uang beredar atau persediaan emas di dalam negeri akan berkurang. Berdasarkan teori kuantitas, maka berakibat turunnya tingkat harga di dalam negeri. Akibat selanjutnya ekspor akan terangsang karena tingginya harga di luar negeri secara relative lebih besar terhadap harga dalam negeri sedangkan minat mengimpor luar negeri melemah karena harga dalam negeri lebih murah. Harga ini akan terus berlangsung sampai neraca pembayaran Negara tersebut deimbang kembali atau keseimbangan ektern tercapai.
    • Sasaran keseimbangan intern akan tercapai secara automatis dengan cara simultan dengan keseimbangan ektern. Mengalirnya emas keluar negeri tidak disertai menurunnya output agregat. Output agregat akan tetap pada posisi full employment. Aliran emas keluar tidak mempengaruhi perubahan output, tetapi hanya pada perubahan harga. Berkurangnya emas di dalam negeri mempengaruhi penurunan harga di dalam negeri, harga akan kembali ke tingkat semula bila proses penyesuaian kea rah internal dan eksternal sudah selesai.
    • Keadaan perekonomian dunia saat ini berbeda dengan yang digambarkan di atas. Keynes berpendapat harga tidak lagi fleksibel, dan standar emas terpaksa ditinggalkan karena produksi emas tidak bisa mengikuti laju pertumbuhan perdagangan internasional. Selain itu negara juga menginginkan lebih terlibat dalam mengatur perekonomian nasional terkait dengan kedaulatan dan kepentingan nasional maka menolak mekanisme alamiah.
    • Keseimbangan intern dibarengi keseimbangan ektern terjadi karena neraca pembayaran seimbang. Posisi ideal tersebut akan tercapai apabila: a) secara kebetulan, dan b) dengan dilakukan kombinasi kebijakan makro yang tepat. Jadi bukan secara automatis seimbang. Kondisi keseimbangan yang tidak bersamaan antara intern dan ekstern tersebut disebut masalah ketidak serasian.
    • Model perekonomian terbuka pada perdagangan impor ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional (melalui marginal propensity to import) dan tingkat harga luar negeri relatif terhadap tingkat harga dalam negeri. M= M(Y,PF . E/P), sedangkan perdagangan ekspor dipengaruhi oleh tingkat harga luar negeri relatif terhadap harga dalam negeri. X= X(PF . E/P).
    • Y * dan P* pada posisi (PF . E/P*)keseimbangan intern tercapai pada M(Y*) tetapi ekstern tidak tercapai. Maka agar tercapai keseimbangan keduanya bersamaan maka neraca pembayaran harus seimbang yaitu M*=X*yaitu fungsi impor menjadi M'(Y*) maka tercapai keseimbanganintern dibarengi keseimbangan ektern.

  • Expenditure Reducing/Increasing dan Expenditure Switching
    • Keserasian keseimbangan intern dan keseimbangan ekstern tidak dating dengan sendirinya. Pemerintah harus dengan sadar melalui kebijakan atau regulasi berusaha mencapainya. Masalahnya adalah bagaimana caranya pemerintah dapat membuat suatu kebijakan yang tepat.
    • Kelompok kebijakan pertama adalah expenditure reducing/increasing policies. Yang termasuk kebijakan ini diantaranya adalah semua kebijakan fiscal dan moneter yang mempunyai efek utama terhadap tingkat Z. Misal perubahan pengeluaran pemerintah (∆G), kebijakan tingkat bunga dalam negeri (r), penambahan jumlah uang beredar (∆Ms), penurunan /peningkatan pajak pendapatan, dan lain-lainnya.
    • Kelompok kebijakan kedua adalah expenditure switching policies. Yang termasuk kebijakan ini diantaranya adalah semua kebijakan yang mempunyai efek utama terhadap tingkat ekspor dan impor, misalnya kebijakan kurs devisa (devaluasi/revaluasi), pembatasan terhadap impor dan bea masuk, dan lain-lainnya.
    • Dua dalil umum mengenai kedua keseimbangan diatas, yaitu: 1) kombinasi kebijakan terkait keserasian dua keseimbangan adalah tergantung pada posisi awal dari perekonomian tersebut terjadi, dan 2) menerapkan dalil Tinbergen-Meade, yaitu suatu dalil yang menjelaskan bahwa untuk mencapai keserasian kedua keseimbangan tersebut perlu dilakukan dua sasaran atau target secara bersama-sama dan tidak boleh hanya untuk salah satu keseimbangan saja yaitu dengan menerapkan dua kebijakan diatas secara bersama-sama dan simultan.


      (Sumber: Boediono, "Ekonomi Makro", 1999)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar